blog-img

Eksplorasi dan Isolasi Trichoderma Sp. di LPHP Pontianak

Yeni Nurhidayah, S.Si | LPHP

Pemanfaatan agen hayati merupakan salah satu prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Agen hayati yang terbukti memiliki peranan penting adalah jamur Trichoderma sp. Berdasarkan pengertian secara ilmiah jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu Agen Pengendali Hayati (APH) terhadap patogen tanaman. Mikroorganisme yang mengintervensi patogen tanaman dikenal dengan sebutan Agen Antagonis (AA). Trichoderma sp merupakan jamur tanah yang termasuk dalam kelas Ascomycetes dan memiliki spora berwarna hijau. Trichoderma sp sebagai AA dapat mengintervensi aktivitas patogen tumbuhan terutama patogen tular tanah (soil borne pathogen) yaitu Sclerotinia sclerotiorum, Fusarium oxysprum, dan Altenaria brassicicola. Spesies Trichoderma diantaranya Trichoderma reesei, Trichoderma viride, dan Trichoderma harzianum. Dalam praktek penggunaannya seringkali dikombinasikan dengan aplikasi kompos.

LPHP Pontianak secara berkala telah melakukan perbanyakan Trichoderma sp. yang dieksplorasi dari alam. Starter atau perbanyakan Trichoderma sp diproduksi untuk memenuhi permintaan APH di 9 Kabupaten Kota wilayah cakupan LPHP Pontianak yang membutuhkan. Wilayah dibawah cakupan LPHP Pontianak yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Kayong Utara. Pada kesempatan kali ini para calon POPT akan melakukan eksplorasi dan isolasi Trichoderma sp. berdasarkan panduan perbanyakan agen hayati. Kegiatan ini lakukan dibawah bimbingan Kepala LPHP Pontianak M. Rawi, S.P dan laboran LPHP Dwi Aryati, S.P

Eksplorasi Trichoderma sp.

Eksplorasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan biakan murni Trichoderma sp. dari alam yang spesifik lokasi. Alat yang digunakan yaitu sekop dan cawan petri sebagai wadah. Lokasi eksplorasi diambil pada beberapa perakaran tanaman yaitu pisang, pepaya, jeruk kecil dan bambu. Pengambilan sampel tanah telah dilakukan sesuai dengan standar prosedur perbayakan agen hayati. Tanah disekitar perakaran tanaman digali menggunakan sekop sedalam 20 – 30 cm. Tanah diambil secukupnya dan ditempatkan pada wadah cawan petri yang telah diberilabel lokasi dan nama tanaman. Sampel dibawa kembali ke laboratorium untuk dilakukan pengenceran dan pemurnian.

Pengenceran dan pemurnian bertujuan agar didapat biakan murni Trichoderma sp. tanpa ada kontaminan dari mikroba lain. Metode pengenceran dilakukan khusus untuk fungi dengan seri 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pengenceran yaitu 6 buah tabung reaksi,batang pengaduk, aquades sebanyak 10 ml yang dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, vortex dan aluminum foil untuk menutup tabung reaksi.

Pemurnian sampel dilakukan dengan menggunakan media padat. Media padat terbuat dari kentang, gula dan agar (PDA). Larutan media PDA yang telah masak dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil lalu disterilkan menggunakan autoclave. Larutan PDA yang telah disterilkan dituang kedalam 6 cawan petri yang telah disediakan. Setelah media mengeras, larutan sampel yang telah diencerkan dimasukkan kedalam masing – masing cawan petri sesuai label keterangan yang telah dibuat yaitu 10-1 – 10-6. Cawan petri yang telah berisi media dan sampel biakan diingkubasi pada suhu ruang selama 3 – 7 hari.

Isolasi Trichoderma sp.

Isolasi Trichoderma sp dilakukan dengan memisahkan dan memindahkan biakan Trichoderma sp dari beberapa jenis jamur hasil eksplorasi yang tumbuh pada media PDA. Pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis perlu dilakukan sebelum Isolasi. Pengamatan secara makroskopis yaitu pengamatan morfologi koloni, tepian koloni dan warna koloni. Pengamatan secara mikroskopis meliputi pengamatan hifa, spora, sporangium, konidia dan konidiofor. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan metode apusan. Pengamatan bertujuan untuk melihat biakan yang paling ideal untuk dijadikan isolat dalam proses isolasi. Media PDA datar masih digunakan dalam isolasi kali ini. Beberapa metode goresan yang dapat digunakan dalam isolasi yaitu goresan zig zag, titik, S, dan O. Isolasi dilakukan dengan terlebih dahulu mensterilkan jarum ose di api Bunsen lalu osekan spora Trichoderma sp. ke media PDA dalam cawan petri. Tutup cawan petri dan sterilkan dengan memutar tepi cawan petri diatas api bunsen, selanjutnya diinkubasi selama 7 hari disuhu ruang.

Isolasi lanjutan diperlukan hingga mendapatkan biakan murni jika masih terdapat beberapa jenis jamur yang ikut tumbuh bersama Trichoderma sp. Starter yang didapat dari proses ekslorasi dan Isolasi selanjutkan dapat digunakan dalam proses perbanyakan massal Trichoderma sp. secara padat maupun cair. Bapak M. Rawi, S.P selaku kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) pontianak menyatakan bahwa LPHP selalu siap melakukan pengembangan biakan Trichoderma sp dan bersama POPT lapangan mensosialisasikan pemanfaatn Trichoderma sp kepada petani. Harapannya bimbingan terhadap masyarakat dan petani khususnya untuk dapat secara mandiri melakukan perbanyakan agen hayati tersebut juga dilakukan secara berkesinambungan, guna mendukung pertanian yang berbasis Pengendalian Hama Terpadu.

kontributor : Yeni Nurhidayah, S.Si

Bagikan Ke:

Populer