blog-img
19/05/2022

GERAKAN PENGENDALIAN TIKUS PRATANAM KECAMATAN SEGEDONG KABUPATEN MEMPAWAH

Catur Kurnia Sari, SP |

Gerakan pengendalian hama tikus pada fase pratanam bertujuan mempersiapkan lahan pertanaman yang minim OPT Tikus sawah(Rattus argitinventer). Gerdal dilakukan bersama poktan Sinar Baru Desa Parit Bugis kec Segedong Kab.Mempawah Luas pengendalian 5Ha dengan cara pengomposan belerang dan pengumpanan beracun anti kougulan, alat yang digunakan pengomposan yaitu cangkul, kayu pemukul, parang, dan ember/karung

Hadir bersama POPT Kec Segedong diantaranya Koordinator POPT Kab.Mempawah, M.Taufik, S.PKP. Tim PPL kec Segedong, pengurus dan anggota poktan. Diharapkan dari kegiatan Pengendalian yang telah dilakukan, petani mengerti dan memahami teknik tepat penggunaan racun dan strategi pengendalian hama tikus rekomendasi yang dapat diberikan oleh POPT Kec Segedong yaitu pelaksanaan pengendalian ini diharapkan sesuai petunjuk dari petugus, pengendalian secara serempak dan menyeluruh dalam satu hamparan poktan serta pengamatan dini oleh petani dan diinfokan ke petugas POPT setempat.

Hama tikus ini banyak menyerang tanaman padi, jagung dan lombok di daerah tersebut, upaya ini dilakukan juga untuk persiapan musim tanam padi yang akan datang.

Pengendalian hama tikus ini melibatkan puluhan orang petani pemilik lahan yang kebetulan digunakan sebagai sarang hama tikus. Sebelumnya sarang lubang tikus telah diberi penanda berupa apa saja misalnya potongan kayu atau bilah bambu.

Setelah itu petasan dipasang di alatnya dan berfungsi sebagai penutup lubang sarang, selanjutnya petasan anti tikus disulut sumbunya layaknya menyulut petasan kemudian dimasukkan ke dalam sarang tikus. Petasan akan meledak yang mengeluarkan asap berbau belerang yang cukup menyengat. Metode inilah yang disukai oleh petani dan lebih efektif Tikus di dalam lubang dipastikan bakal mati setelah sarangnya diledakkan dengan petasan anti tikus. Petasan yang dipakai memberantas tikus ini dikenal petani dengan sebutan Tiran.

Ketua Poktan Sinar Baru, bernama Nanggi dan beberapa petani menyampaikan bahwa petani di daerah ini lebih senang dan cocok menggunakan petasan anti tikus ini karena lebih efekfif. “Karena tikus akan mati di dalam sarangnya ,” ungkapnya.

Sementara M.Taufik selaku koordinator POPT Kab.Mempawah menyebutkan, pengendalian hama tikus dengan pengasapan dan mercon tikus lebih aman, sehingga tikus dapat ditekan tidak semakin berkembang biak namun hasilnya tidak bisa langsung terlihat karena tikus terjebak dalam lubang dan mati didalamnya.

“Kerugian serangan tikus ini bisa sampai 100% dari produksi makanya mumpung brlum berkembanf biak dalam jumlah besar petani berusaha mengendalikan agar kerugian akibat serangan tidak merugikan petani,” imbuhnya.

Catur Kurnia Sari,SP sebagai POPT Kec. Segedong mempraktekkan bagaimana cara penggunaan Alpostran. Arahkan Alpostran yang berisi Tiram ke arah lubang tikus, kemudian ujung tiran dibakar dan dimasukkan ke lubang tikus, tunggu kurang lebih satu menit dan lihat hasilnya.

Selain itu, teknik pengendalian lainnya ialah dengan sistem pengumpanan beracun menjelaskan, umpan yang telah tercampur rodentisida dan gabah padi diletakkan di lubang aktif tikus yang ada dipematang sawah, selanjutnya saat tikus memakan umpan tersebut, mengakibatkan tikus akan tetap mati. Petani tidak perlu khawatir karena racun ini bekerja secara sistemik, imbuhnya. Catur KS,SP menambahkan, tikus adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan. “Oleh sebab itu harus dikendalikan secara bersama sama. Salah satunya adalah dengan gerakan secara masal seperti saat ini,” terangnya.

Sementara itu M.Taufik STP, berharap setelah adanya gerakan pengendalian ini masyarakat bisa mengerti tentang siklus hidup hama tikus sehingga bisa dikendalikan sebelum tanaman yang bisa menyebabkan gagal panen. Di samping itu, para petani diharapkan dapat mengaplikasikan rodentisida dengan benar sehingga bisa menekan populasi hama tikus dan menghasilkan produktivitas yang optimum, dan dapat memberikan dukungan terhadap kecukupan pangan bagi 267 juta jiwa masyarakat Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, dalam berbagai kesempatan.

Kontributor : Catur Kurnia Sari, SP

Bagikan Ke:

Populer