blog-img
15/08/2021

Dukung Pengendalian OPT Ramah Lingkungan, Kalbar Lakukan Gerdal Menggunakan Agens Hayati

Diky Dwi Cahyono, S.P |

Walang sangit dan penggerek batang padi merupakan hama penting dalam pertanaman padi. Hal tersebut dikarenakan penggerek batang padi dapat menyerang semua stadium pertumbuhan tanaman padi. Sementara itu walang sangit umumnya menyerang pada fase pemasakan dengan cara menghisap cairan bulir padi yang sedang mengisi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Pada serangan hebat, kedua Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) ini dapat menyebabkan kehilangan hasil antara 50% hingga 80%. Pengendalian yang dilakukan harus memenuhi konsep 6T, yaitu Tepat Sasaran, Tepat Mutu, Tepat Jenis, Tepat Waktu, Tepat Dosis / Konsentrasi, dan Tepat Cara.

Penggunaan pestisida kimia sintetik yang kurang bijak seringkali menimbulkan masalah seperti resistensi hama. Pemerintah pusat dan daerah berikut petani perlu diingatkan kembali ke strategi pengendalian ramah lingkungan. Semisal pengendalian dengan menggunakan musuh alami, pemanfaatan tanaman refugia untuk menarik musuh alami hama di sekitar lahan sawah, penggunaan pestisida dari bahan nabati, dan juga pengembangan agens hayati untuk kebutuhan pengendalian populasi OPT di pertanaman.

Berkaitan dengan hal tersebut, Rabu, (11/8) UPT Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalimantan Barat bersama para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Maju Bersama II Desa Peniti Luar Kec. Jongkat, Kab. Mempawah kembali melakukan Gerakan Pengendalian (GERDAL) OPT dengan menggunakan agens hayati Metarhizium anisopliale dan Beauveria bassiana.

"Dari hasil pengamatan yang dilakukan petugas POPT di lapangan ditemukan adanya serangan penggerek batang dan walang sangit. Untuk itu sebagai tindakan preemtif kami bersama para petani melakukan pengendalian dengan memanfaatkan agen hayati untuk mengendalikan populasi dan intensitas serangan OPT tersebut", ungkap Yuliana Yulinda, Kepala UPT Perlindungan TPH Kalbar, Selasa, (11/8).

"Harusnya hama-hama ini punya musuh alami yang melimpah, namun karena adanya penggunaan pestisida kimia sintetis yang berlebihan dan tidak bijaksana, musuh alami dari hama ini juga ikut mati, akibatnya keseimbangan agroekosistem juga terganggu. Dan salah satu upaya untuk memperbaiki agroekosistem tersebut adalah dengan menggunakan agensia hayati", tandas Yuliana.

Diky Dwi C, selaku petugas POPT Kec. Jongkat yang memandu pelaksanaan gerdal tersebut menambahkan bahwa OPT tidak datang dengan sendirinya. “Di samping kondisi agroekosistem yang tidak seimbang, teknis budidaya yang tidak tepat juga menyebabkan munculnya serangan OPT. Pemupukan yang tidak tepat dan seimbang, areal persawahan yang semak dan banyak gulma, ketersediaan air tanaman yang kadang kurang kadang berlebih, merupakan kondisi yang disukai dan kondusif bagi perkembangan OPT”, ujar Diky.

“Oleh karena itu selain kegiatan penyemprotan yang kita lakukan hari ini, saya juga mengingatkan kepada bapak-bapak sekalian untuk selalu menciptakan kondisi lingkungan yang tidak disukai OPT, yakni dengan pemenuhan kebutuhan tanaman baik pupuk dan kebutuhan airnya serta menjaga kebersihan lingkungan areal per tanaman”, jelas Diky di hadapan anggota kelompok tani sebelum pelaksanaan gerdal dimulai.

Samsudin, ketua poktan Maju Bersama II pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di atas hamparan tanaman padi seluas 14 hektar ini melibatkan seluruh anggota kelompok tani yang berjumlah sekitar 30-an orang dengan dibantu oleh Tim Regu Pengendali Hama (RPH) setempat dan dilaksanakan pada sore hari hingga menjelang maghrib.

Di tempat terpisah, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Mohammad Takdir Mulyadi menyambut baik pesatnya minat petani dalam pemanfaatan agens hayati sebagai solusi ramah lingkungan dalam pengendalian hama. “Banyak daerah yang telah kami coba melalui program perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati serta budidaya tanaman sehat untuk mengedukasi petani mengenai penerapan pengendalian hama terpadu dan terbukti bahwa panennya pun tidak kalah memuaskannya dengan budidaya yang masih menggunakan pestisida kimiawi. Pendekatan ramah lingkungan yang berkelanjutan inilah yang akan kami terus dorong untuk dilakukan lebih banyak lagi”, jelas Takdir.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi beberapa waktu lalu turut menegaskan, “Kami terus mendorong dan mendukung praktek-praktek kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berbasis alami dengan menggunakan agens hayati sebagai bahan pengendaliannya.”

Suwandi menegaskan dengan semakin meningkatnya kesadaran petani terhadap pentingnya budidaya tanaman sehat demi keberlanjutan pertanian, diharapkan juga kesejahteraan petani turut meningkat karenanya. Dengan demikian, hal ini turut mendukung percepatan terwujudnya pertanian maju, mandiri dan modern. "Hal ini, sesuai arahan Mentan SYL produksi pangan harus jalan terus tetapi hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani juga harus dilakukan karena mereka ujung tombak ketahanan pangan negara kita”, tegasnya.

(Kontributor : Diky Dwi Cahyono, S.P.)

Bagikan Ke:

Populer